PBSI UPGRIS Lakukan Lawatan Sastra di SMA N 2 Kendal
KENDAL – Lawatan Sastra PBSI UPGRIS #2 dilakukan di SMA N 2 Kendal, Jawa Tengah. Pada kesempatan tersebut, program yang dihelat oleh program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS), Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) melaksanakan kegiatan di ruang perpustakaan Smanda Pustaka.
“Ini merupakan lawatan sastra kedua yang kami lakukan pada bulan ini, kami berharap akan teragendakan sekolah-sekolah berikutnya. Memang hingga pada kesempatan kedua ini, telah banyak sekolah menghubungi untuk dikunjungi program lawatan sastra ini,” ungkap Eva Ardiana Indrariani, Ketua Program Studi PBSI UPGRIS, Rabu (21/8/2024).
Lawatan sastra ini bagi Eva, merupakan program yang digelar untuk menggerakkan laku literasi di sekolah-sekolah. Dengan menghadirkan para jawara penulisan sastra dari para mahasiswa PBSI UPGRIS berupaya membagikan pengalaman yang dilakukannya.
“Ada dua mahasiswa kami yang baru-baru ini memenangkan ajang lomba bergengsi, yakni Peksimida tingkat Jawa Tengah,” tutur Eva.
Sevina Dwi Alyani, mahasiswa PBSI UPGRIS semester 3 telah meraih juara 1 tangkai penulisan cerpen dan Ema Afriyani mahasiswa PBSI UPGRIS semester 7 telah meraih juara 3 tangkai penulisan puisi, keduanya dalam ajang Pekan Seni Mahasiswa Daerah (Peksimida) 2024.
Dua mahasiswa tersebut membagikan banyak hal mengenai pengalaman mereka dalam proses penulisan sastra serta beberapa hal lain terkait kerja-kerja kreatif yang dilakukannya hingga dapat meraih juara dalam ajang bergengsi bagi mahasiswa tersebut.
“Selama proses yang pertama dilakukan adalah melakukan pembacaan buku puisi yang direkomendasikan pembimbing, dalam hal ini Pak Naka. Selama membaca puisi, selalu menggarisbawahi diksi atau kalimat baru yang baru dibaca. Digarisbawahi untuk diingat, kemudian berupaya membuat diksi yang lainnya. Yang pasti saya berupaya mengambil segala sesuatu yang pernah dilewati, merenungi berbagai hal tentang sejarah di kampung halaman,” begitulah kisah Ema mengenai proses kreatifnya dalam bidang penulisan puisi.
Ema juga mengakui telah mengikuti beberapa kelas menulis puisi. Bahkan, katanya ketika ia mengikuti sebuah lomba biasanya diberi arahan para pemateri untuk berupaya memberi latar tempat kejadian dalam puisi, lalu membangun peristiwa dan kejadian akan terjadi pada suatu masa.
Selanjutnya, jawara berikutnya adalah Sevina, ia mengakui menulis sejak masih duduk di bangku SMA. “Selepas sebelumnya menyukai cerita-cerita percintaan. Kemudian ketika masuk studi kuliah, upaya lebih saya lakukan dalam hal mengelola riset atas berbagai pijakan budaya dan segala hal di kampung halaman,” tutur Sevina.
Kegiatan berlangsung dengan antusias besar dari para siswa yang hadir sejumlah 24 siswa dan 6 guru. Pertanyaan beragam pun mengalir dari para siswa, di antaranya mengenai bagaimana mengelola kemalasan untuk bergerak dalam proses kreatif.
Pada kesempatan tersebut, Muslichin, wakil kepala bidang kesiswaan SMA N 2 Kendal, menaruh harapan kepada Sevina dan Ema agar dapat memberi kejutan dan menginspirasi bagi para siswa.
“Kami berharap Ema dan Sevina dalam kegiatan ini bisa merespon baik para siswa dan tentu para siswa juga harus menggali sedalam-dalamnya tentang proses kreatif penulisan sastra kepada dua jagoan penulis sastra ini. Apa lagi kini saat terbaik didapati kehadiran mas Setia Naka Andrian, sekprodi PBSI UPGRIS yang merupakan alumni SMA N 2 Kendal yang lulus pada 2007 lalu,” ungkap Muslichin, yang juga menjabat sebagai ketua Lesbumi Kendal.
Bagi Muslichin, kegiatan lawatan sastra yang terselenggara ini dapat menjadi obrolan santai yang berbobot dan selanjutnya bisa dilaksanakan secara reguler di Smanda Pustaka.
“Cukup mengejutkan, dalam diskusi santai ini didapati pula pertanyaan dari siswa mengenai masa depan bahasa dan sastra Indonesia. Apa yang kiranya menjadi tujuan dalam memperoleh pekerjaan di masa depan. Ema dan Sevina pun kemudian menjawab dengan begitu gamblang mengenai masa depan bidang yang dipilih dan ditekuni,” pungkas Muslichin, penulis buku esai Kalang di Simpang Jalan; Sebuah Pergulatan Menjaga Tradisi. (SJ/11)