Cerita Pengalaman Siswa di SMK Semi Boarding, Ringankan Beban Orangtua

CILACAP – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah saat ini telah membuka pendaftaran SMKN Jateng. Ratusan lulusan SMP sederajat berprestasi dari keluarga kurang mampu, berkesempatan untuk mendaftar.

Lulusan SMP yang berdomisili di Jawa Tengah bisa melanjutkan pendidikan di tiga pilihan SMKN Jateng full boarding dan 15 pilihan SMKN semi boarding yang tersebar di sejumlah wilayah di Jateng.

Sekolah tersebut merupakan gagasan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. Adapun untuk SMK semi boarding merupakan sekolah yang memberikan kesempatan siswanya tinggal di asrama, namun mereka belajar bersama siswa reguler.

Dengan demikian, sekolah tersebut membuat siswanya banyak yang terbantu. Siswa SMK Semi boarding bisa bersekolah, dan tinggal di asrama, secara gratis, dan mendapatkan fasilitas gratis, termasuk juga fasilitas makan.

Satu di antara SMK semi boarding itu adalah SMKN 2 Cilacap. Sebanyak 30 siswa angkatan tahun 2022/2023, berbagi pengalaman serunya bersekolah di SMK semi boarding tersebut.

Akhmad Munfathor (17) misalnya. Siswa kelas X Jurusan Teknik Pengelasan ini mengaku bisa berhemat, karena tidak perlu mengeluarkan uang untuk transport, atau uang untuk makan selama sekolah.

“Sangat membantu dikarenakan digratiskan. Kalau dilaju dari Adipala boros, untuk bensin, sarapan dan makan siang. Bapak sekarang kerja serabutan. Tinggal di asrama, sangat membantu. Dikarenakan meringankan, biaya makan digratiskan. Itu sangat membantu,” kata siswa asal Adipala, Kabupaten Cilacap.

Zaki Syaifulloh (16) siswa kelas X juga mengatakan hal yang sama. Selain bisa menghemat, ia tak perlu takut terlambat karena tinggal di asrama sekolah. Sebab, jika ia harus berangkat dari rumahnya ke sekolah, jaraknya lumayan jauh.

Waktu tempuh dari rumahnya di Desa Kalisabuk, Kecamatan Kesugihan, Kabupaten Cilacap menuju ke sekolah yang berlokasi di Sidakaya Cilacap, sekitar setengah jam.

Selain itu, dengan tinggal di asrama, dia merasa bisa meringankan beban orangtua. Sang ayah hanya bekerja sebagai buruh serabutan dengan pendapatan yang pas-pasan.

“Ayah kerja buruh harian. Sehari pendapatan sekitar Rp 50 ribu. Sangat membantu di sini, difasilitasi tempat tidur dan makan,” ujarnya.

Senada juga dikatakan, Willyzeny Carel Santoso (17). Ia merasa sangat terbantu karena bisa tinggal di asrama sekolah secara cuma-cuma.

Ia bisa menghemat ongkos transportasi dan tidak perlu takut datang terlambat ke sekolah karena tinggal di asrama.

“Karena rumah saya jauh, harus bolak balik setiap hari, itu membutuhkan biaya banyak,” kata warga Desa Rawaheng, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas.

Dia merasa beruntung karena bisa tinggal di asrama sekolah sembari tetap melanjutkan pendidikannya. Sebab, dia berasal dari keluarga yang kurang mampu dengan pendapatan keluarga yang kecil.

Sementara itu, Daffa Satya Adi, siswa kelas X Jurusan Teknik Ketenagalistrikan ini mengaku banyak mendapatkan manfaat karena tinggal di asrama. Selain bisa mendapatkan pendidikan secara gratis, ia juga mendapatkan wawasan ilmu agama Islam. Misalnya, belajar menjadi imam salat, belajar tajwid Alquran, dan menghafal surat di Alquran.

“Menu makanan di SMK semi boarding, enak. Ada makanan yang belum pernah saya makan, seperti ikan tuna. Di rumah jarang makan. Di SMK semi boarding ini sering makan tuna,” ungkapnya senang.

Sebagai anak dari orangtua yang bekerja sebagai buruh, siswa asal Jeruklegi, Cilacap ini, merasa senang bisa mendapatkan pendidikan dan tempat tinggal, serta fasilitas lain secara gratis.

Hal yang sama juga disampaikan siswa SMK semi boarding lain, Gurit Arga Pamungkas. Siswa kelas X Jurusan Teknik Ketenagalistrikan ini mengaku senang bisa meringankan beban orangtua dan melatihnya belajar hidup mandiri.

“Senang karena gratis. Jadi bisa membantu orangtua. Ayah buruh harian dengan pendapatan tak tentu,” kata Gurit.

Sedangkan Rafael Lelaki Hut, siswa Jurusan Teknik Konstruksi Perumahan berharap, dengan bersekolah di SMK semi boarding SMKN 2 Cilacap, cita-citanya akan tercapai. Sebab, di sekolahan dia mengaku banyak mendapatkan ilmu pengetahuan dan pengalaman.

Ditambah lagi, dengan dia tinggal di asrama sekolah, tentu membuatnya tak perlu repot menyeberangi laut untuk bisa sampai di sekolah. Rumahnya yang berada di Jojog, Kutawaru, Cilacap, jauh dari lokasi sekolah.

“Bangga dan bersyukur karena mempermudah akses saya menuju sekolah,” kata siswa yang bercita-cita ingin menjadi juragan mebel di Jepara ini.

Dia bersama siswa SMK semi boarding SMKN 2 Cilacap lain, amat berterima kasih kepada Gubernur Jateng yang telah membuat program SMK semi boarding. Program ini membuat siswa dari kalangan tidak mampu bisa bersekolah dan tinggal di tempat yang layak secara gratis.

“Terima kasih pak Ganjar. Program SMK semi boarding sangat membantu siswa yang kurang mampu. Harapan saya, SMK semi boarding berkembang dan lebih baik. SMK semi boarding, bisa!,” seru Rafael.

Kepala SMKN 2 Cilacap Akhmad Murwanto mengatakan, total jumlah siswanya sebanyak 1.670 siswa. Sedangkan siswa semi boarding ada sekitar 30 orang. Mereka berasal dari berbagai jurusan di sekolah.

Selain mendapatkan ilmu pengetahuan di kelas, para siswa juga diajarkan disiplin dan mandiri. Adapun kegiatan siswa di asrama, antara lain pembinaan kedisiplinan berupa apel pagi, upacara pengibaran bendera, pembinaan mental spiritual usai salat magrib dan sebelum subuh, serta kegiatan keagamaan dibimbing pamong.

“Kami sangat mengapresiasi program SMK semi boarding ini,” kata Murwanto.(SJ/15)