Plastik STEAM, Langkah Inovatif Menuju Lingkungan Bersih
DEMAK – Di tengah permasalahan limbah plastik yang semakin memprihatinkan, masyarakat Desa Bengkung, Demak, mengambil langkah berani dengan meluncurkan program Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat Kampung Plastik-STEAM.
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan keterampilan masyarakat dalam mengelola limbah plastik dengan memanfaatkan pendekatan STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, Mathematics).
Kegiatan ini diinisiasi oleh Tim PKM Universitas PGRI Semarang (Dr. Lilik Ariyanto, M.Pd., Hisyam Ma’mun, M.T., dan Dewi Wulandari, M.Sc.) bahwa limbah plastik dapat menjadi peluang, bukan hanya beban. Dengan dukungan dari berbagai lembaga pendidikan dan pemerintah, program ini mengajarkan masyarakat cara mendaur ulang plastik menjadi produk yang bernilai guna, sekaligus meningkatkan pengetahuan mereka mengenai dampak lingkungan dari limbah plastik.
Dalam serangkaian pelatihan yang diadakan, peserta diajarkan teknik-teknik inovatif untuk mendaur ulang plastik. Dari kerajinan tangan hingga produk fungsional, pelatihan ini menggabungkan aspek seni dan teknologi, memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk berkreasi sekaligus belajar.
Salah satu peserta, Siti Nurhaliza, dengan antusias menjelaskan, “Saya sudah belajar cara membuat tas dari botol plastik. Ini bukan hanya bermanfaat bagi keluarga saya, tetapi juga membantu mengurangi sampah.”
Program ini tidak hanya berfokus pada pelatihan teknis, tetapi juga mengedukasi peserta tentang pentingnya menjaga lingkungan. Kampanye kesadaran mengenai pengurangan penggunaan plastik dan daur ulang dilakukan secara aktif, mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam menjaga kebersihan lingkungan.
Salah satu aspek penting dari kegiatan ini adalah pembentukan jaringan kemitraan antara masyarakat, institusi pendidikan, dan pemangku kepentingan lainnya. Kerjasama ini dianggap krusial untuk menciptakan ekosistem yang mendukung inovasi berkelanjutan. Melalui kolaborasi, berbagai pihak berbagi pengetahuan, sumber daya, dan pengalaman, meningkatkan efektivitas program.
Kepala Desa Bengkung, Ahmad Riyadi, menekankan pentingnya program ini dalam pengembangan ekonomi lokal. “Dengan memanfaatkan limbah plastik, kami tidak hanya membersihkan desa, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi warga. Kami berharap program ini dapat terus berjalan dan berkembang,” ujarnya.
Selama pelaksanaan program, masyarakat berhasil menciptakan berbagai produk kreatif dari limbah plastik. Produk-produk ini mendapatkan respon positif dan mulai dipasarkan, memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi desa. Selain itu, meningkatkan kesadaran masyarakat tentang isu lingkungan menjadi salah satu hasil yang paling membanggakan.
Dengan adanya inovasi ini, masyarakat Bengkung telah menunjukkan bahwa mereka bisa berkontribusi dalam mengatasi permasalahan limbah plastik. Melalui pendekatan edukatif dan kolaboratif, Kampung Plastik-STEAM di Bengkung bukan hanya menjadi model program lingkungan yang sukses, tetapi juga memberikan harapan akan masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan.
Kegiatan pemberdayaan kemitraan masyarakat Kampung Plastik-STEAM di Bengkung, Demak, adalah contoh nyata bagaimana komunitas dapat bersatu untuk mengatasi tantangan lokal dengan cara inovatif. Dengan mengedukasi masyarakat dan membangun kemitraan, program ini menunjukkan bahwa perubahan positif dimungkinkan dengan kolaborasi dan kreativitas. Harapannya, inisiatif seperti ini dapat menginspirasi desa-desa lain untuk melakukan langkah serupa, demi lingkungan yang lebih baik dan berkelanjutan.(SJ/12)
‘