Mahasiswa Salatiga Aksi di Traffic Light dan Kepung DPRD
SALATIGA – Gabungan organisasi mahasiswa di Kota Salatiga menggelar aksi bersama di kantor DPRD Kota Salatiga, Senin (26/8/2024). Tak hanya itu, PC Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Salatiga membagi anggotanya ke lima titik keramaian di jalanan utama.
Kabid Eksternal PC PMII Salatiga Dinar Nur Diansyah mengatakan sengaja ‘menyebar’ anggota ke titik keramaian dengan tujuan memberi edukasi ke masyarakat. “Kita tidak hanya sekadar mengawal isu politik terkait putusan MK, tapi juga isu-isu lokal yang menjadi keresahan bersama. Ini harus kita tuntaskan agar rakyat semakin sejahteran,” ungkapnya.
Dinar mengungkapkan, titik keramaian yang menjadi lokasi propaganda kader PMII adalah di traffic light pertigaan ABC, Pasar Rejosari, perempatan Grogol, Kecandran, dan Jalan Diponegoro. “Bagi kami, sekarang yang terpenting adalah masyarakat sadar akan haknya, jangan terberangus oleh kepentingan sesaat para elite politik,” ujarnya.
Selain itu, organisasi yang tergabung dalam Aliansi Salatiga Bergerak melakukan aksi di halaman kantor DPRD Kota Salatiga. Aliansi tersebut terdiri dari organisasi mahasiswa HMI, PMKRI, GMNI, GMKI, IMM, KAMMI, Forum Mahasiswa Indonesia Timur, Keluarga Mahasiswa FH UKSW, SMUD, dan FPPI. “Selain itu ada mahasiswa non-organisasi dari kampus-kampus di Salatiga yang turut bergabung,” kata Ketua Cabang GMNI Salatiga Nur Isna Fitriani.
Dia menegaskan aksi digelar karena demokrasi di Indonesia telah mengalami pembusukan. “Antagonisme massa menjadi hal yang perlu dipersiapkan sebagai bentuk kekecewaan yang sudah menjadi part of everyday life bagi rakyat. Melihat hal inilah, sudah semestinya rakyat bersikap dan menyampaikan amarahnya kepada negara,” kata Isna.
“Kemuakan publik kepada negara adalah kewajaran ketika rakyat selalu dirugikan dan ditipu bertubi-tubi oleh Jokowi dan kroni-kroninya,” kata mahasiswi UIN Salatiga ini.
Dia juga menyampaikan partai oposan memiliki pendirian yang prematur dan cenderung tidak memiliki tajinya melawan kekuasaan penguasa yang lalim. “Pada gilirannya, sikap kekecewaan kami jelas, bahwa negara telah menjadikan tubuh kita sebagai santapan oligarki di atas altar sesembahan,” paparnya.(SJ/13)