Pengggunaan Metode Role Playing dalam Pembelajaran PAI SD

oleh

Wava Laili Qodriyah, S.Pd

(Guru SDN Kunir 1 Dempet Kabupaten Demak)

Guru adalah sebuah subjek yang berfungsi sebagai salah satu media transfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik,  Seorang guru wajib memiliki 4 kompetensi, yaitu kompetensi pedagogis, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi professional. Salah satu yang wajib dimiliki guru adalah kompetensi profesioanal, yaitu  kompetensi atau keterampilan terkait penyelesaian tugas pendidikan. Seorang guru yang mempunyai kompetensi profesional diharapkan telah menguasai karakteristik bahan ajar yang luas dan dalam, dan menguasai struktur dan metode ilmu bidang studi yang diajarkan. Maka wajib bagi seorang guru memiliki kemampuan dalam menentukan strategi, metode, tehnik yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, dimana kemampuan tersebut penting bagi seorang guru agar pembelajaran dapat berjalan dengan optimal dan tujuan pembelajaran dapat tersampaikan kepada peserta didik secara baik dan dengan cara yang menyenangkan.

Tak terkecuali bagi guru pendidikan agama islam (PAI). Guru PAI juga wajib mempunyai 4 kompetensi tersebut, termasuk kompetensi profesioanl. Mengingat dalam Mata pelajaran PAI mempunyai beberapa ruang lingkup materi, yaitu Al-Quran Hadist, Aqidah Akhlak, Fiqh, dan juga Sejarah islam. Dimana dalam menyampaikan materi-materi tersebut tidak dapat menggunakan strategi dan metode yang sama. Perlu di ingat, dalam memilih strategi dan metode seorang guru perlu memperhatikan beberapa hal, diantaranya yaitu tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran, kemampuan dan latar belakang siswa, kemampuan dan latar belakang guru, keadaan proses belajar yang berlangsung, dan juga media yang tersedia.

Salah satu metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran PAI adalah metode role playing. Metode role playing adalah metode penyuluhan berbentuk permainan gerak yang di dalamnya terdapat sistem, tujuan dan juga melibatkan unsur keceriaan. Dalam bahasa yang lebih singkat, role playing adalah metode bermain peran, dimana para peserta didik diminta untuk memperagakan materi pembelajaran dalam bentuk bermain drama. Tetapi, tentu saja metode ini tidak dapat digunakan dalam semua ruang lingkup materi PAI. Penggunaan metode ini paling cocok untuk menyampaikan materi sejarah islam.

Contoh saja, dalam mata pelajaran PAI tingkat Sekolah Dasar (SD) kelass 4 semester 2 terdapat materi “ Kisah Nabi Muhammad SAW Dalam Membangun Kota Madinah”. Penggunaan metode role playing cocok untuk menyampaikan tujuan pembelajaran materi tersebut. Tahap pertama, diawali dengan tahap persiapan, yang meliputi pembuatan skenario cerita, pemilihan peran dan pemaparan terkait cerita dan peran yang akan dilakoni. Sebelum masuk kelas, guru harus sudah menyiapkan skenario drama yang akan dimainkan oleh peserta didik, dalam bentuk lembaran kertas yang akan dibagikan kepada beberapa siswa yang dipilih untuk memainkan drama tersebut, dalam memilih siswa, guru juga tidak boleh serta merta menunjuk peserta didik secara asal, tetapi harus memperhatikan apakah siswa yang akan dipilih mempunyai kemampuan untuk menyampaikan isi cerita atau tidak. Setelah memilih para pemain, selanjutnya guru mempersilahkan para siswa tersebut untuk berlatih sebelum akhirnya masuk ke tahap pemeranan. Pada tahap pemeranan, peserta didik belajar meniru dan memperagakan karakter dari tokoh yang diperankan sesuai alur cerita yang telah dibuat oleh guru sebelumnya. Peserta didik yang terpilih diharapkan mampu untuk menyampaikan isi materi sesuai tujuan pembelajaran. Setelah peserta didik selesai memerankan drama, diharapkan guru mampu memberikan reward kepada para pemain. Selanjutnya guru melanjutkan evaluasi kepada semua peserta didik.

Pemilihan metode role playing pada materi sejarah islam dirasa cocok karena pada umumnya anak akan merasa bosan dan tidak tertarik jika penyampaian materi sejarah islam tersebut hanya menggunakan metode ceramah ( guru hanya bercerita). Beda halnya dengan metode role playing, anak akan merasa senang dan tertarik karena cara penyampaian materi yang menyenangkan dan tidak membosankan, dengan begitu maka diharapkan anak mampu menyerap materi pembelajaran dengan baik sehingga tujuan pembelajaran dapat tersampaikan dengan maksimal kepada peserta didik.(*)