Kebangkitan Seni dari Belenggu Pandemi
SEMARANG – Parade Seni Sastra Indonesia (Passindo) kembali digelar di SMA Kesatrian 2 Semarang. Kegiatan ini merupakan agenda rutin tahunan yang dimiliki oleh SMA yang berada di Jalan Gajah Raya itu.
Sempat berhenti karena belenggu pandemi covid-19, akhirnya di tahun 2023 ini Passindo yang digadang-gadang sebagai wadah penampung bakat dan karya siswa dalam bidang seni dapat dihidupkan kembali.
Kini, Passindo hadir dengan ramuan yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
Dulu Passindo selalu menyuguhkan sajian panggung berupa karya musikalisasi puisi dan pementasan drama.
Gelaran Passindo tahun ini, dikemas dengan warna yang berbeda. Klip musikalisasi puisi, film pendek, teatrikal, hingga pementasan swacakap atau monolog menjadi persembahan yang disuguhkan.
“Sebenarnya, Passindo hendak kami usung seperti tahun-tahun sebelumnya. Namun, mengalihwahanakan drama ke film pendek menjadi keputusan solutif atas kendala yang dihadapi para siswa dalam mempersiapkan pementasan drama.” kata Teguh Satriyo, guru Bahasa Indonesia SMA Kesatrian 2 Semarang, Selasa (20/6/2023).
Sebagai upaya agar para siswa tetap mendapatkan pengalaman menyaksikan drama panggung secara langsung, dalam gelaran Passindo itu turut diundang Teater Gema UPGRIS dan Teater Lima SMA N 5 Semarang untuk menyuguhkan pementasan monolog.
Sedangkan upaya untuk membekali para siswa agar Passindo tahun yang akan datang dapat melahirkan karya-karya film berkualiatas, disisipkanlah workshop produksi film pendek.
Anto Galon, sutradara, direktur TUK Film, dan anggota Komite Sastra Dewan Kesenian Semarang, didapuk sebagai narasumbernya.
“Seru… materi workshop-nya juga sangat bermanfaat. Ini pengalaman baru bagi saya. Acaranya komplit. Ada baca puisi, pementasan monolog, musikalisasi puisi, pemutaran film, dan apalagi ya? Pokoknya banyak. Seru banget!” ujar salah seorang siswa seusai mengikuti acara.
“Kami berharap, ajang penyambung kreativitas dibidang seni dan sastra ini semakin didukung oleh semua pihak. Sehingga Passindo dapat terus hidup dan menghidupi kreativitas para siswa di SMA Kesatrian 2 ini.” tutup Teguh guru Bahasa Indonesia yang gemar baca puisi itu.(SJ/15)